Tulisan ini ditulis oleh Titi Alfa Khairia dan pernah diikut sertakan dalam Writing Contest Bisnis Indonesia, di sini
Sangatlah mengejutkan bahwa catatan angka penderita penyakit degenerative (Penyakit Tidak Menular), yakni penyakit akibat pola makan dan pola hidup yang tidak sehat, meningkat tajam dalam beberapa dasawarsa terakhir. Gaya hidup serba praktis dan serba modern yang tak diikuti dengan kesiapan pengetahuan masyarakat akan bagaimana pengaruh makanan dan gaya hidup terhadap pertumbuhan dan kesehatan organ tubuh manusia menjadikan mereka tak acuh terhadap makanan apa yang dimakan.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kesibukan yang tinggi terutama bagi masyarakat kota-kota besar, menjadikan sempitnya waktu untuk mempersiapkan menu makanan sehari-hari. Itulah mengapa makanan instan dan makanan olahan yang telah mengalami berbagai pemrosesan menjadi pilihan yang praktis dan dianggap dewa penyelamat bagi keluarga. Ditambah lagi kurangnya waktu berolah raga dan stress berkepanjangan akibat beban pekerjaan dan beban hidup yang tinggi, membuat masyarakat makin rentan terhadap penyakit-penyakit seperti stroke, diabetes melitus, dan darah tinggi.
Menurut catatan kesehatan berdasar Riset Kesehatan Dasar (RIKESDA) Indonesia tahun 2011, 60 % kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit degenerative, dengan urutan tiga penyakit tertinggi : Stroke 26,9 %, darah tinggi 12,5 %, dan diabetes 10,2 %.
Menurut Dokter Elvina Karyadi, ahli mikronutrisi, penyakit degenerative (Penyakit Tidak Menular) yang memiliki kecenderungan terus meningkat adalah diabetes mellitus, yakni sekitar 5,7 %.
Jika saja, masyarakat mau sedikit meluangkan waktu untuk mempelajari bagaimana setiap potong makanan diproses dalam tubuh, bagaimana tubuh mencerna, menyerap dan menggunakan zat-zat tertentu dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Maka masyarakat tentu akan lebih hati-hati dalam memilih jenis makanan , dan akan lebih berhat-hati terhadap proses mengolah dan mengkonsusmsi makanan tersebut.
Menurut penelitian dokter Hiromi Sinya, seorang dokter ahli endoskopi gastrointernalist, di rumah sakit Beth Israel Medical Center New York, dan juga seorang Guru Besar Kedokteran Albert Einstein College of Medicine, Amerika Serikat. Melalui pengalamannya selama lebih dari 30 tahun memeriksa kolon usus lebih dari 300.000.pasien, Dokter Hiromi Shinya menyimpulkan bahwa hampir seluruh kasus penyakit yang dialami manusia adalah akibat makanan dan pola hidup yang buruk . Dokter Hiromi Shinya meneliti dan menyimpulkan bahwa tubuh manusia secara alami memilki lebih dari 5.000 enzim yang menghasilkan lebih dari 25.000 reaksi yang berbeda-beda terhadap makanan yang kita masukkan ke dalam tubuh. Enzim-enzim tubuh inilah yang akan muncul dan bereaksi untuk mencerna makanan sesuai jenisnya di dalam usus besar kita. Bila makanan yang kita makan termasuk katagori berat atau susah dicerna, maka enzim pangkal yang merupakan sumber segala enzim tubuh dalam menjaga keseimbangan tubuh manusia, akan dipaksa keluar dan terkuras habis untuk menetralkan kondisi tubuh sehingga mencapai kondisiHomeo-Statis (Kondisi tubuh yang seimbang yang dibutuhkan untuk hidup sehat).
Diet tinggi karbohidrat, tinggi gula, tinggi lemak, tinggi kadar garam dan memiliki index glikemik tinggi disinyalir merupakan penyebab makin tingginya jumlah penderita penyakit degenerative tersebut.
Jika dulu kita mengenal pola makan ‘Empat Sehat Lima Sempurna’, maka kini lebih dikenal ‘Pola Makan Seimbang’ dengan menyertakan lebih banyak serat yang didapat melalui buah dan sayur. Selain makan makanan kaya serat seperti buah dan sayur, sebaiknya seseorang yang ingin merubah pola makan menjadi lebih sehat juga mengurangi makanan yang melalui banyak pemrosesan. Seperti makanan yang ditambahkan zat pengawet, zat pewarna, zat perasa, pelembut, pengempuk, pengenyal dan sebagainya.
Makanan terbaik untuk tubuh adalah buah dan sayur. Buah memiliki kandungan gula alami yang baik untuk kesehatan. Buah dan sayur memiliki kandungan gizi utama yaknivitamin dan mineral. Serta kandungan non gizi berupa enzim, fitronutrien dan serat yang tinggi.
Vitamin yang terkandung dalam buah dan sayur adalah provitamin A, Vitamin C, K, E dan berbagai kelompok vitamin B kompleks.
Berbagai mineral yang terkandung dalam buah dan sayur adalah : Kaliaum (K), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Zat Besi (Fe), Magnesium (Mg), Mangan (Mn), Seng (Zn), Selenium (Se) dan Boron (Bo).
Contoh zat non gizi pada buah dan sayur adalah enzim. Enzim papain yang terdapat pada papaya dan enzim bromelin yang terdapat pada nanas, memiliki fungsi membantu melancarkan pencernakan, mencegah bercampurnya keeping-keping darah, mempercepat penyerapan antibiotik, mengurangi peradangan pada kasus artritis (peradangan dan pembengkakan pada tulang persendian), mengerem nafsu makan, mempercepat penyembuhan luka, menghentikan pembengkakan setelah terjadi benturan atau pasca bedah dan menghentikan jumlah koloni Candida Albican yang merusak gigi.
Zat non gizi pada buah dan sayur lainnya yakni fitonutrien. Fitonutrien terdiri dari: pigmen, zat-zat yang meyerupai vitamin, dan zat makanan minor. Salah satu contoh pigmen yakni karoten . Salah satu jenis karoten yakni lycopene yang terdapat pada semangka, tomat, parika dan cabai. Lycopene berfungsi sebagai gen antikanker. Terutama kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita.
Selanjutnya serat makanan yang terdapat pada buah dan sayur yakni berupa serat tidak larut air dan serat larut air. Serat larut air berperan mencegah konstipasi atau kesulitan buang air besar. Di dalam lambung jenis serat ini akan membentuk gel sehingga membentuk volume yang besar dan memberi rasa kenyang. Selain itu serat juga berfungsi menurunkan kadar kolesterol, mengurangi kadar gula darah bagi penderita diabetes melitus .
Selain memahami banyaknya manfaat buah dan sayur bagi kesehatan, sebaiknya masyarakat juga tahu bagaimana cara mengkonsumsi buah dan sayur dengan benar. Masyarakat juga perlu memahami tentang siklus sistem pencernakan .Setiap fungsi tubuh memiliki irama biologis atau yang dikenal dengan nama (Circadian Rhythm) yang bekerja tetap dan statis selama 24 jam sehari. Pada sistem pencernakan sendiri ada tiga fase yang bekerja secara simultan aktif selama 24 jam, tetapi pada saat-saat tertentu akan lebih intensif dibanding saat yang lain. Jika salah satu fase terhambat, maka fase berikutnya akan ikut terhambat. Dan ini akan berpengaruh pada proses metabolisme tubuh.
Siklus Sistem Pencernakan :
Fase Pencernakan (pkl 12 siang hingga 8 malam)
Merupakan saat tepat untuk mengkonsumsi makanan padat karena fungsi pencernakan bekerja lebih aktif. Setelah pukul 8-9malam tidak dianjurkan makan makanan padat lagi. Karena tidur dengan perut penuh akan mengganggu fase berikutnya.
Fase Penyerapan dan Asimilasi (pkl 8 malam sampai 4 pagi )
Saat tubuh dan pikiran sedang tidur atau beristirahat total, tubuh mulai menyerap, mengasimilasi, mengedarkan zat makanan dan detoksifikasi. Makan larut malam dan kurang tidur akan menghambat fase ini karena energi terbagi untuk mencerna makanan dan mendukung aktivitas saat sedang tidak tidur.
Fase Pembuangan (4 pagi hinga 12 siang)
Secara intensif tubuh mulai melakukan pembuangan sisa makanan dan sisa metabolism. Siklus ini paling banyak menggunakan energi. Pada saat ini tidak dianjurkan makan makanan padat karena bisa mengurangi itensitas proses pembuangan, memperlambat proses pencernakan serta memboroskan energi.
Berdasar siklus sistem pencernakan di atas, maka dikenal istilah food combining, yakni mengatur pola makan sesuai sistem kerja pencernakan. Maka saat terbaik mengkonsumsi buah adalah pagi hari saat perut belum terisi makanan lain. Buah yang dipilih adalah yang masak pohon dan cara terbaik adalah dengan cara di potong-potong, lalu dikunyah pelan minimal 30 kali agar cukup halus dan bercampur enzim saliva pada air ludah.
Buah, sebagai bahan pangan yang mengandung kadar gula alami cukup tinggi, mampu memberikan energi segera pada tubuh yang semalaman sudah bekerja keras pada fase pembuangan. Selain itu , buah juga mudah dicerna dan kaya akan serat sehingga tidak mengganggu proses pembuangan yang berlangsung hingga saat makan siang, setelah pukul 12 siang.
Karena itu para pelaku food combining hanya makan buah dan minum air putih saja pada waktu antara bangun tidur hingga pukul 12 siang. Setelah pukul 12 siang hingga pukul 8 malam adalah saat paling tepat mengkonsusmsi sayuran. Sayuran yang mudah dicerna dapat dipadukan baik dengan makanan berbahan karbohidrat maupun makanan berbahan protein. Sayuran juga sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan mentah, sehingga tidak ada nutrisi dan vitamin yang rusak dalam proses pemanasan.
Selain itu, hal paling mendasar bagi pelaku food combining adalah tidak mencampurkan bahan makanan berbahan karbohidrat dengan protein hewani, akan tetapi makanan berbahan protein nabati bisa bertemu dengan karbohidrat.
Sementara makanan yang sudah mengalami pemrosesan seperti pemanasan, penambahan rasa manis, pengawet, pewarna dan lain sebagainya merupakan makanan yang sebaiknya dihindari, atau hanya dimakan sesekali saja sebagai makanan rekreasional.
Dengan mengedukasi masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan tinggi serat, cara makan yang baik sesuai siklus pencernakan tubuh, mengurangi hingga sesedikit mungkin makanan yang telah diproses serta mendorong gaya hidup aktif yakni rajin berolah raga serta mengelola stress, maka diharapkan masyarakat Indonesia akan lebih sehat, lebih produktif dan menghasilkan generasi yang lebih kuat.
Referensi
Shinya, Hiromi, MD. The Miracle Of Enzyme , Penerbit Qanita, Cetakan XIII, Mei 2014
Wirakusumah, Emma S. Dra.Msc. 202 Jus Buah Dan Sayuran, Penerbit Penebar Plus, Cetakan I , 2007
Gunawan, W.Andang. Food Combining, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Cetakan Edisi Baru, Oktober 20013